Selasa, 25 November 2025
✶✧ ๐ ๐ธ๐ฝ๐๐๐ธ๐ฝ ๐๐๐๐๐พ๐ธ๐ ๐ ✧✶
๐ ๐๐ถ๐พ๐๐ ๐๐ถ๐๐๐ ๐๐ถ๐๐ ๐
แดแดษดษขแดสแดแดแดษด ๊ฑแดษชษดแด แดแดสสส แดกแดส๊ฑ สแดษดษข แดแดษดษขแดสแดส แดแดสแดแดแด แดแดสแดสแดษดษช
1. SEE (MELIHAT)
Kegiatan Saint Mary Way’s di SMP Santa Maria Bandung berlangsung dari tanggal 8 September sampai 17 Oktober. Selama waktu 2 bulan itu, semua anak kelas 9 diwajibkan mengikuti pelayanan sesuai tempat yang dipilih. Tujuan dari kegiatan ini sebenarnya bukan sekadar memenuhi program sekolah, tetapi supaya kami semakin peka, semakin peduli, dan semakin terbiasa membantu orang lain.Kami diberikan banyak pilihan dan tempat mau kemana kami melayani, Dari banyak pilihan yang ada, aku memilih menjadi misdinar di Gereja Katolik Paroki Santa Odilia, Cicadas. Tempat itu sudah sangat familiar bagiku karena aku sudah melayani di sana sejak tahun 2022. Namun, kali ini terasa berbeda. Ada suasana baru ketika aku melayani bersama teman-teman sekelas, bukan hanya dengan teman-teman misdinar gereja. Tentunya juga menjadi pengalaman yang menyenangkan bisa bertugas dengan teman-teman yang udah aku kenal jadi kami ga saling canggung.Awalnya kami kaget karna ini pertama kalinya SMP Santa Maria mengadakan kegiatan saint mary ways khusus kelas 9 untuk kelas 8 dan 7 nya mereka mengikuti kegiatan perjusa atau camping.
Pertemuan pertama dimulai ketika seluruh siswa kelas 9 dikumpulkan di aula sekolah untuk diberitahukan kegiatan saint mary ways ini,karna sejujurnya aku belum tau kalau kami akan ada saint mary ways pertama-tama kami dibagikan kelompok pelayanan.Misdinar dengan yang misdinar itu juga sesuai dengan kita misdinar dimana jadi kita yang misdinar itu ga di gabung semua. Aula terasa sangat ramai dan penuh semangat karna itu menjadi pengalaman pertama kali mengikuti kegiatan saint mary ways. Setiap orang berharap bisa sekelompok dengan teman dekatnya atau mendapat pelayanan yang cocok dengan minatnya.Bapa Ibu guru membebaskan kami ingin melayani dimana namun walaupun bebas kami juga tetap diarahkah untuk masuk kelompok pelayanan yang mana.Aku akhirnya masuk kelompok misdinar Santa Odilia bersama Githa dan Vinsen. Sementara itu, teman-teman lain terbagi ke berbagai tempat, seperti panti asuhan, daycare,paduan suara gereja atau koor dan panti jompo. Banyak di antara mereka yang bahkan mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke tempat pelayanan masing-masing agar mereka bisa membeli barang atau makanan untuk di tempat pelayananya. Suasana saat itu benar-benar terasa hidup, karena setiap kelompok memiliki rencana, tujuan, dan pengalaman yang akan mereka jalani dengan cara yang berbeda. Walau masih banyak yang bingung mau melayani di mana tapi masalah itu sudah terselesaikan berkat bantuan bapa ibu guru dan teman-teman semua yang saling mengarahkan.
Setelah pembagian kelompok selesai,kami mulai menyusun proposal dan menentukan jadwal pelayanan. Bagian ini ternyata menjadi tantangan tersendiri. Setiap kali menentukan tanggal, pasti ada saja yang tidak bisa hadir karena berbagai alasan, seperti kegiatan sekolah, les, atau acara keluarga. Namun, setelah diskusi panjang, kami akhirnya sepakat untuk melayani pada tanggal 14 September, 21 September, dan 28 September 2025. Tiga minggu berturut-turut tersebut kami isi dengan pelayanan yang teratur, rapi, dan penuh komitmen. Setiap minggu, tugas kami bergiliran supaya semua bisa merasakan pengalaman yang berbeda dalam misa.
Pembagian tugasnya seperti ini:
-
Githa: lentera persembahan, lentera, dan beres-beres
-
Vinsen: wiruk dan gong
-
Aku: lentera dan beres-beres
Meski terlihat sederhana, semua itu merupakan tugas-tugas penting yang membantu misa berjalan dengan baik.Dari mulai harus kompak harus peka kalau romo butuh bantuan harus inget tugas kita dimana saja. Walau kita di gereja untuk pelayanan kami juga harus seperti umat yang hikmah ikut bernyanyi namun juga harus tetap fokus untuk bertugas. Jadi aku harus seimbang dalam menjalankanya
Selama pelayanan berlangsung, aku menyaksikan banyak momen kecil yang menghangatkan hati. Ada keluarga-keluarga yang datang ke gereja dengan lengkap, oma dan opa yang tetap semangat mengikuti misa meski sudah lanjut usia, serta anak-anak kecil yang ceria dan penuh energi.Melihat anak-anak sekolah minggu yang semangat maju kedepan untuk diberkati oleh romo Aku mendengar bunyi lonceng misa, lantunan nyanyian umat, dan instruksi dari pastor yang mengatur jalannya perayaan. Bau dupa memenuhi ruangan gereja, menambah suasana hikmat dan sakral. Di tengah semua itu, aku merasakan campuran perasaan antara bangga bisa melayani, senang, deg-degan, dan tentu saja bersyukur karna bisa melayani bersama perasaan itu menjadi satu. Meskipun aku sudah lama menjadi misdinar, bertugas bersama teman sekolah membuat pengalaman ini terasa lebih seru dan penuh makna.Pada saat bertugas pun terasa lebih kompak karna kami sudah saling mengenal jadi hanya dengan lirikan pun kami mengerti dan itu membuat kami menjadi tidak banyak melakukan kesalahan pada saat melayani.
Setiap hari pelayanan, aku selalu datang lebih awal untuk mempersiapkan diri.Pembagian tugas dan aku memastikan lentera siap digunakan, membantu beres-beres, dan bekerja sama dengan Githa dan Vinsen untuk memastikan segala perlengkapan misa lengkap.Supaya misa bisa berjalan dengan baik. Walaupun tampaknya sepele, aku merasa memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan sebaik mungkin.
2. JUDGE (MENILAI)
Pelayanan ini memberikan banyak pelajaran berharga dan pengalaman baru, aku belajar kalau bukan hanya tentang tanggung jawab, tetapi juga tentang nilai-nilai yang diajarkan Bunda Maria. Semuanya terasa sangat relevan dengan kegiatan yang kami jalani.Banyak nilai-nilai bunda maria di dalam pelayanan kami.Jadi kami bisa meneladani nilai-nilai bunda maria dan menerapkannya juga di kehidupan sehari-hari.
Aku meneladani bunda maria dalam pelayaanan sebagai misdinar dari tugas-tugas kecil seperti memegang lentera atau membereskan altar, aku belajar tentang kerendahan hati. Tidak semua orang bisa melakukan tugas besar, tetapi tugas kecil pun tetap berarti ketika dilakukan untuk Tuhan. Dari rutinitas datang pagi, menahan rasa malas, dan tetap berkomitmen, aku belajar tentang ketaatan. Menjalani pelayanan bukan hanya soal hadir secara fisik, tetapi juga tentang kesetiaan menjalankan tanggung jawab meski dalam keadaan lelah.
Aku juga belajar tentang kasih dan kepedulian, terutama ketika kami berusaha memastikan misa berlangsung nyaman dan tertib bagi seluruh umat. Sementara nilai semangat melayani muncul dari kesadaran bahwa pelayanan tidak harus berupa hal besar. Yang terpenting adalah ketulusan dan kesiapan hati, seperti yang diajarkan oleh Bunda Maria.
Semakin sering aku melayani, semakin jelas aku menyadari bahwa pelayanan bukan soal dilihat orang atau terlihat hebat. Pelayanan adalah tentang memberikan diri sepenuhnya, apa adanya. Karena itu, aku merasa semakin dekat dengan nilai-nilai Maria yaitu sederhana, rendah hati, tulus, dan selalu siap menolong.
Aku juga merasakan kehadiran Tuhan dalam hal-hal kecil seperti:
-
kebersamaan dalam kelompok,
-
senyum umat yang mengikuti misa,
-
ketenangan setiap kali doa dimulai,
-
semangat bangun pagi untuk bertugas,
-
hingga rasa bahagia setelah pelayanan selesai.
Ayat yang paling menyentuh bagiku adalah Lukas 1:38:
"Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu."
Ayat ini membuatku sadar bahwa menjadi misdinar adalah salah satu bentuk nyata dari ucapanku kepada Tuhan yaitu “Ya Tuhan, aku siap melayani.”
3. ACT (BERTINDAK)
Dari pengalaman Saint Mary Way’s ini, aku membuat beberapa komitmen baru bagi diriku sendiri. Aku ingin tetap aktif melayani di gereja, bukan hanya karena tugas sekolah, tetapi karena aku ingin terus mengembangkan diri dalam pelayanan. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih disiplin, terutama dalam hal waktu dan tanggung jawab.
Aku juga ingin belajar membantu orang lain mulai dari hal-hal kecil yang bisa kulakukan setiap hari, seperti membantu teman yang kesulitan, menolong di rumah, atau memberikan perhatian pada orang-orang sekitar. Selain itu, aku ingin membawa sikap rendah hati dan penuh kasih ini ke dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan pertemanan.
Yang terpenting, aku ingin terus meneladani Bunda Maria dalam hal ketaatan dan kesiapan hati. Walaupun pelayanan yang aku lakukan mungkin sederhana, pengalaman ini benar-benar membentuk diriku menjadi pribadi yang lebih matang, lebih peduli, dan lebih siap melayani Tuhan serta sesama.
(¯`·.¸¸.·´¯`·.¸¸.-> ๐ ๐ผ๐๐ ๐น๐พ๐ถ ๐๐๐น๐พ๐๐พ๐ ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐ถ๐ ๐ถ๐๐ ๐น๐ถ๐๐ถ๐ ๐๐๐๐พ๐ถ๐๐ถ๐ ๐๐ถ๐พ๐๐ ๐๐ถ๐๐ ๐ฒ๐ถ๐'๐, ๐๐๐๐ธ๐๐ถ ๐น๐ถ๐๐พ ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐ถ๐ ๐ถ๐๐ ๐๐ถ๐๐พ๐ถ๐ ๐ฟ๐๐๐ถ ๐ฟ๐ถ๐น๐พ ๐ท๐พ๐๐ถ ๐๐๐ท๐พ๐ฝ ๐ ๐๐๐ถ ๐น๐๐๐๐ถ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ ๐น๐ถ๐ ๐๐ถ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐พ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ ๐๐พ๐๐ถ, ๐๐๐๐พ๐๐ ๐๐ถ๐ฟ๐ถ ๐ถ๐๐๐พ๐๐๐ ๐ถ๐๐ ๐๐ถ๐๐พ ๐พ๐๐พ ๐๐ถ๐๐ ๐ถ๐พ ๐ฟ๐๐๐ ๐ถ ๐น๐พ ๐ถ๐๐๐พ๐๐๐ ๐ถ๐๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ฟ๐๐๐๐๐ถ ๐ >-.¸¸.·`¯´·.¸¸.·`¯(
Kamis, 20 November 2025
๐ฐ ๐ ๐ ๐๐๐๐พ๐ถ๐ ๐ถ๐ ๐๐๐๐ฟ๐๐๐ถ๐๐ ๐๐๐ถ๐๐๐ถ๐ ๐ ๐ฐ
๐ ๐ ๐ถ๐น๐ถ ๐ถ๐๐๐พ๐๐๐ ๐๐ถ๐๐พ ๐พ๐๐พ ๐ถ๐๐ ๐ท๐ถ๐๐ถ๐ ๐๐๐น๐พ๐๐พ๐ ๐ท๐๐๐ธ๐๐๐พ๐๐ถ ๐๐๐๐๐ถ๐๐ ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐ถ๐ ๐ถ๐๐ ๐๐๐ท๐๐๐๐ ๐๐๐๐ถ๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐ถ๐ ๐๐๐ถ๐๐๐ถ๐ ๐
Ulangan INF sudah mulai terasa di depan mata. Di kelas, suasananya mulai berubah: beberapa teman terlihat sibuk mencoret-coret buku, ada yang sibuk nanya temannya, dan ada juga yang pura-pura tenang padahal dalam hati berkata, “Aduh… konversi bilangan lagi.”
materi konversi bilangan memang jadi salah satu yang paling sering bikin otak terasa kebolak-balik. Tapi justru di sini serunya karena kalau sudah paham, rasanya kayak berhasil memecahkan teka-teki rahasia komputer.
Biasanya, semuanya dimulai dari rasa bingung. aku duduk di kelas dan pastinya mulai merhatiin guru yang lagi ngejelasin lagi tentang materi yang ntar bakal diadakan ulangan, lalu guru mulai menjelaskan tentang biner, oktal, heksadesimal d
Tapi pelan-pelan aku sadar: dunia komputer punya bahasanya sendiri. Di saat teman aku sibuk menghafal, kamu mulai melihat pola. Ternyata seru juga ya, angka yang awalnya terlihat aneh bisa diubah-ubah jadi format lain. Rasanya kayak belajar trik sulap, tapi versi matematika.
Setiap kali mau ulangan INF biasanya ada dua tipe murid:
yang bilang, “Ah gampang kok,” dan yang langsung nanya-nanya ke temen, “Guys… tolong jelasin aku beneran gak ngerti.”
Kalau kamu tipe yang suka belajar sambil ngobrol,atau lebih milih belajar mandiri?
kalau aku sendiri tipikal orang yang belajar dulu bareng temen di sekolah terus malamnya aku belajar dengan cara ngerangkum di rumah sambil hias-hias rangkumanya biar enak buat di baca dan ga ngebosenin
nah malam sebelum ulangan, biasanya ada rasa deg-degan kecil.Aku sambil mulai merangkum walau perasaan diselimuti rasa deg-degan yaa walau masih besok sih ulanganya tapi tetek aja deg-degan takut nilai jelek padahal udah belajar semaleman,kadang aja aku belajarnya samapai ketiduran terus paginya tetep haru baca-baca di motor biar aku bener-bener inget dan siap untuk ulangan
Persiapan ulangan INF tentang konversi bilangan bukan cuma soal hafalan atau hitungan. Ini cerita tentang proses memahami sesuatu yang awalnya asing, pelan-pelan menjadi masuk akal, sampai akhirnya kamu merasa percaya diri.
Di SMP Santa Maria Bandung, aku bukan cuma belajar mengubah angka… tapi juga belajar berpikir lebih terstruktur, lebih teliti, dan tentu saja lebih sabar menghadapi hal baru.
Jadi, kalau ulangan sudah dekat, santai aja. kalian tinggal mulai menghafal dengan cara kalian sendiri intinya jangan males
๐ ๐๐๐๐๐๐พ๐ ๐พ๐๐ ๐๐ถ๐ฟ๐ถ ๐ ๐๐๐๐ถ๐๐ถ๐๐ถ๐ ๐ถ๐๐ ๐ intinya kalian harus berusaha dan ga males biar kalian bisa dapet nilai yang kalian harapkan dan juga kalau gagal kalian harus semangat dan mencoba lagi.Semoga pengalaman aku ini bisa bermanfaat bagi kalian semua









